Berita Aneh dan Lucu

Gambar Unik Dan Lucu

Membuat Animasi Blogger

Wabah Hama Babi Hutan

Rabu, 05 Oktober 2011

Warga Kampung Cisarua, Desa Cisarua, Blok Legok Orai, Goalpara, Kecamatan Sukabumi, Jawa Barat, “menjerit”. Bukan karena melihat hantu atau sejenisnya. Awal Mei lalu, perkebunan dan pertanian mereka ludes akibat dirusak... hama babi hutan. Mereka mengalami kerugi tak sedikit akibat serang hama ini.
Petani dari warga sekitar, Abah Ade, dalam sebuah media onlien menuturkan, serangan babi hutan ini sudah berlangsung selama sebulan. Akibat dari serangan hama tersebut tanaman wortel, pisang, dan sayuran lainnya rusak. Rugi hingga puluhan juta pun tak pelak harus ia tanggung. “Hampir setiap hari ada saja pohon yang dirusak oleh babi liar ini, selain itu tanaman wortel yang mau dipanen pun habis dimakan oleh hama ini,” kata petani ini.



Kehadiran para hunter menjadi dambaan tersendiri bagi para pemilik ladang pertanian di berbagai daerah.


Nasib serupa juga pernah dialami para petani di Kecamatan Talang Kelapa dan Pangkalan Balai, Banyuasin, Sumatera Selatan. Dua tahun lalu, hama babi hutan telah merusak lebih 100 hektar lahan pertanian jagung dan ketela pohon, serta ratusan hektar lahan pembibitan karet dan kelapa sawit di sepanjang Kecamatan Talang Kelapa dan Pangkalan Balai.

Untuk mencegah kerusakan yang lebih parah, para petani disana akhirnya memasang ribuan jerat hama babi hutan di sepanjang ladang pertanian dan perkebunan. Jerat ini untuk menangkap sekaligus mencegah agar hama babi tidak masuk ke ladang-kebun dan merusak tanaman agrobisnis petani.



Babi hutan jenis inilah yang sering merusak ladang pertanian di kawasan Bengkulu.


Sodikin ( 45), petani jagung dan ketela pohon di Desa Leban Akar, Kecamatan Talang Kelapa, mengatakan dia rugi cukup besar karena serangan hama babi mengganas sejak sebulan terakhir. Perlahan-lahan , lebih dari dua hektar lahan jagung dan ketela pohon miliknya ludes. "Sebagian besar dimakan rombongan babi, sebagian kecil rusak karena diinjak-injak pada saat melintas. Biasanya, babi hanya di kawasan bukit, namun sekarang sudah berani turun bukit," katanya.

Kerusakan ladang pertanian dan perkebunan juga dialami oleh masyarakat pedalaman di Kalimantan Selatan (Kalsel). Di sini, jenis hama babi hutannya berbeda dengan babi hutan di daerah lain. Kalsel terkenal dengan babi singa dengan bulu lebat yang memenuhi bagian kepala sebagai cirinya. Kawanan hama berkaki empat ini banyak merusak ladang pertanian para transmigran di sana. “Kami serba bingung. Tanam karet atau sawit baru umur setahun dirusak babi hutan. Begitu juag untuk tanaman palawija, kami jarang memanen,” ungkap Suwito, salah seorang transmigran di sana.

Saling Menguntungkan

Kondisi seperti membuat miris hati para pemburu yang tergabung dalam Perbakin, baik di tingkat pusat maupun di daerah. Hingga pada suatu ketika, seorang kepala desan di daerah transigrasi di Kalsel mengirim surat kepada Perbakin di sana untuk meminta bantuan memberantas hama babi hutan. Peran Perbakin memang dibutuhkan dalam kondisi seperti ini.



Semangat para hunter dan kru berburu tak pernah diragukan saat membantu masyarakat yang ladang pertaniannya dirusak oleh kawanan babi hutan.
Maka, Perbakin pusat secara rutin, minimal setahun sekali, kerap mengadakan Safari Berburu ke Bengkulu, Jambi, dan beberapa daerah lainnya. Kehadiran para pemburu ke berbagai daerah mendapat sambutan hangat masyarakat, khususnya para petani. Selama beberapa kali kegiatan Safari Berburu dilakukan, masyarakat setempat merasa terbantu. Meski tidak terberantas semuanya, namun penjarangan populasi babi hutan melalui kegiatan berburu cukup dirasakan manfaatnya oleh para pemilik ladang. Mereka tak perlu menjerat babi hutan setiap hari.

Bagi para hunter sendiri, kegiatan berburu menjadi ajang olahraga adrenalin yang menyenangkan. Meski harus merogoh kocek cukup besar dalam setiap kali berburu, namun terbayar dengan kepuasannya saat berburu di hutan.

Kerjasama yang saling menguntungkan ini, sudah selayaknya didukung. Di satu pihak (petani) meras diuntungkan karena hama babi hutan berkurang, di pihak lain(para pemburu) bisa menikmati hobinya di medan yang benar. (A. Kholis) 
[jurnalberburu.com]



Artikel Terkait:

0 Comments: